Muhammad Al-Amin sang Paraclete, dilahirkan pada hari Senin
12 Rabi'ul awal tahun gajah atau bertepatan dengan tahun 570 Masehi. Terlahir
dari Ibu bernama Siti Aminah Binti Wahab dan ayahnya Abdullah Bin Abdul
Muthalib, keturunan Bani Ismail, putra Nabi besar Ibrahim as yang dijanjikan
oleh Allah, dan sekaligus merupakan kakak dari Nabi Ishak, putra Nabi Ibrahim
dari Siti Sarah yang menurunkan Nabi-nabi besar untuk umat Israel. Sang ayah,
Abdullah, meninggal di Yastrib dalam perjalanan berdagangnya, jauh hari sebelum
Muhammad dilahirkan.
Ketika beliau masih bayi, selain menyusu kepada ibu
kandungnya, Muhammad juga pernah disusui oleh Tsuwaibah Al Aslamyah dari Bani
Aslam yang juga budak dari Abu Lahab, bersama-sama dengan Hamzah bin Abdul
Muthalib pamannya yang sebaya usianya dengan Muhammad, dan selanjutnya menyusu
kepada Halimah Al-Sa'diyah, dari Bani Sa'ad yang terletak antara Mekkah dan
Thaif yang bersuamikan Abu Zuaib.
Sejak dari kandungan ibunya, hingga ia lahir, Muhammad sudah
menunjukkan berbagai mukjizatnya sebagai tanda-tanda kenabiannya kelak
dikemudian hari. Setelah masa penyusuannya usai, Muhammad kembali kepelukan
ibunya, Siti Aminah. Setahun kemudian, Muhammad kecil beserta ibunya dan
seorang inang pengasuhnya bernama Ummu Aiman melakukan ziarah kemakam Abdullah,
ayah Muhammad dan suami bagi Aminah di Yastrib.
Selama satu bulan mereka tinggal di Yastrib dengan menumpang
dirumah keluarga mereka dari Bani Najjar. Dalam perjalanan pulang kembali
kekota Mekkah, tepat disebuah desa bernama Abwaa', Aminah jatuh sakit dan wafat
disana, waktu itu usia Muhammad sudah 6 tahun. Karena jaraknya kekota Mekkah
masih cukup jauh, akhirnya jenazah Aminah dikuburkan didesa Abwaa' tersebut dan
Muhammad beserta inangnya, Ummu Aiman kembali kekota Mekkah berdua.
Abdullah telah pergi, Aminah pun telah pula pergi setelah
keduanya melakukan kewajiban yang diamanatkan kepada keduanya. Anak yang mulia
itu kini menjadi yatim piatu seperti kehendak Allah, kehilangan ibu sebagaimana
ia telah lebih dulu kehilangan ayah, tidak ada lagi yang akan menolongnya dalam
segenap hal selain daripada Allah yang sudah mentakdirkan sekalian
takdir.
Tuhan memanggil kedua orang tuanya, dan Tuhan juga yang
menanggung akan memlihara anak yang mulia itu selain daripada inang pengasuhnya
Ummu Aiman, yang sekarang berfungsi sebagai ibu baginya dan juga kelak
dikemudian harinya sebagai saksi hidup mengenai apa dan siapa sesungguhnya
sosok Muhammad itu.
Dialah yang memelihara Muhammad dalam perjalanan tersebut,
mengurusi makan dan tidurnya, menjaganya dari semua mara bahaya, hingga
akhirnya tiba dikota Mekkah dan diserahkan pada Abdul Muthalib, kakeknya.
Dua tahun setelah Muhammad diasuh oleh kakeknya, akhirnya
pada usia 80 tahun, Abdul Muthalib kembali kerahmatullah, wafat dengan tenang
setelah dia menyerahkan pengurusan Muhammad kepada putra tertuanya Abu Thalib
yang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa tertinggi dikota Mekkah
saat itu.
Meski demikian, kehidupan keluarga Abu Thalib sendiri
sangatlah serba kekurangan, dia menghidupi keluarganya dengan jalan berdagang.
Sejak itulah, Muhammad mulai belajar berdagang dan membantu pamannya didalam
menjalankan roda kehidupan.
Kejujurannya, keterjauhannya dari semua yang bersifat
keberhalaan, kedisiplinannya, ketangkasannya serta keuletan kerjanya membuat ia
digelari orang dengan nama Al-Amin yang berarti orang yang jujur atau
terpercaya, meski saat itu ia masih kecil. Pada usianya yang ke-12 tahun,
Muhammad Al-Amin dan pamannya Abu Thalib pergi berdagang kekota Syiria dan
bertemu dengan seorang rahib bernama Bahiera atau Lautan Ilmu. Rahib itu
sendiri adalah seorang pengikut setia ajaran Isa Almasih dari Nashara. Dia
bukanlah dari seorang yang menyekutukan Tuhan sebagaimana kebanyakan ahli kitab
lainnya.
Ensyclopedia of Britannica telah mencatat bahwa Bahiera
adalah seorang ulama Nashara yang sangat tinggi ilmu agamanya dan ia pernah
memegang jabatan Patriarch di Konstantinopel dari tahun 428 - 431 Masehi.
Kedudukannya amatlah tinggi, pengikutnya pun cukup banyak. Namun karena faham
Bahira adalah mengesakan Tuhan, diapun ditindas dan dibuang.
Sang rahib itu dihadapan kabilah Abu Thalib mewanti-wanti
agar merawat dan menjaga Muhammad sebaik mungkin sebab dia telah melihat
tanda-tanda kenabian pada dirinya, sebagaimana yang termaktub dalam ajaran Isa
Almasih sejati.
Sejak itulah pamannya Abu Thalib begitu teliti dan hati-hati
sekali didalam menjaga Muhammad, bahkan curahan kasih sayang yang diberikannya
kepada Al-Amin ini melebihi apa yang diberikannya kepada putra kandungnya
sendiri.
Masa kecilnya juga dilewati dengan menggembalakan kambing
penduduk Mekkah dengan imbalan Al Qaraarith, yaitu pecahan uang dinar atau
dirham perak yang dapat dipergunakan untuk mencukupi keperluan hidup masa
itu.
Kejujuran Muhammad dalam menjalankan dagangan dan gembalaan,
telah sama-sama diketahui orang, dan tidak sedikit yang menitipkan barang
dagangannya kepada Muhammad. Muhammad kecil tidak sedikitpun mengambil untung
dari titipan orang tersebut, tidak juga dia berkhianat dalam menjalankan
perdagangannya.
Selanjutnya, putra Mekkah yang bergelar Al-Amin ini, sebelum
mencapai usia 25 tahun telah menjadi seorang saudagar kafilah terbesar di Tanah
Arab. Semakin banyak pula orang yang menyerahkan dagangannya kepada
beliau.
Pada usianya yang ke-25 tahun, Muhammad menikah dengan
seorang wanita saudagar terhormat dan merupakan orang terkaya waktu itu
diantara penduduk Mekkah, namanya Siti Khadijjah binti Khuwailid Bin Abdul Uzza
Bin Qushai ditahun 596 M.
Khadijjah digelari orang dengan sebutan Saydah Quraisy atau
Ibu Quraisy. Sebelum menikah dengan Muhammad, Khadijjah sudah dua kali bersuami
dengan orang kaya dari Bani Muchzum, tapi keduanya meninggal dunia dan ia
sendiri telah mempunyai dua orang anak dari hasil perkawinannya
terdahulu.
Meskipun Khadijjah berusia 40 tahun dengan dua orang anak
pada masa itu, namun cinta Muhammad kepadanya adalah cinta yang penuh terus
menerus selama 25 tahun sesudahnya, yaitu hingga Muhammad berusia 50 tahun dan
Khadijjah berusia 65 tahun dengan dikaruniai 6 orang anak.
Karenanya pula selain bergelar Saydah Quraisy, Siti
Khadijjah juga digelari sebagai wanita yang Al-Wadud Al-Walud, artinya seorang
wanita yang sejati dan punya banyak anak.
Adapun anak-anak dari perkawinan Muhammad dengan Khadijjah
adalah Al-Qasim, Abdullah At-Tahir, Zainab, Ruqayah, Ummu kalsum dan Fatimah
Uzzahra. Adapun Al -Qasim dan Abdullah At-Tahir, wafat sejak kecilnya.
Putrinya yang tertua yaitu Zainab menikah dengan Abul 'Ash
Bin At Rabi' Bin Abdi Syams, ibu dari Abul 'Ash ini adalah saudara perempuan
dari Khadijjah dan dari perkawinannya itu Zainab mendapatkan dua orang anak,
yang perempuan bernama Umamah dan yang laki-laki bernama Ali.
Ketika ayahnya, Muhammad, diangkat menjadi Nabi dan Rasul,
Zainab pun mengajak suaminya itu untuk ikut memeluk Islam, tapi ditolak
olehnya, sementara Zainab sendiri telah beriman mengikuti sang ayah dan
terpaksa berpisah dengan suaminya itu.
Ketika terjadi peperangan Badar, 17 Ramadhan tahun 2 atau 13
Maret 624, Abul 'Ash bersama-sama kaum Musyrikin Mekkah mengangkat pedang,
mengobarkan perlawanan terhadap Nabi Muhammad Saw dan umat Islam. Namun tidak
lama setelah itu, Abul 'Ash memeluk Islam hingga akhir hayatnya pada masa
pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan kembali melangsungkan pernikahannya dengan
Zainab secara Islam.
Putri Muhammad yang kedua yaitu Ruqayah menikah dengan
'Utbah Bin Abu Lahab, begitu pula dengan putrinya ketiga, Ummu Kalsum, menikah
dengan 'Utaibah Bin Abu Lahab, saudara 'Utbah hanya selang beberapa waktu
sebelum Muhammad mendapat wahyu.
Kelak dikemudian hari, dimana Muhammad telah diangkat
menjadi Nabi dan Rasul serta bertugas menyampaikan dakwahnya kepada manusia,
kedua putrinya ini bercerai dengan masing-masing putra Abu Lahab itu dan
menikah dengan Usman Bin Affan yang didahului oleh Ruqayah, meninggal setelah
peperangan Badar usai, dan digantikan oleh Ummu Kalsum, putri Nabi yang ketiga,
sehingga karenanya Usman Bin Affan digelari Zun Nuraini, yaitu yang memiliki
dua cahaya.
Fatimah sendiri waktu itu masih kecil dan belum menikah.
Ia dilahirkan pada tahun 606 M atau tahun ke-10 perkawinan
Nabi dengan Khadijjah.
Dia ikut merasakan pahit getirnya dakwah Islamiyah yang
dilakukan oleh ayahnya, ia menyaksikan sejak awal betapa duka derita yang
dialami oleh Nabi Muhammad.
Fatimah juga yang pergi kemasjid untuk membersihkan
kotoran-kotoran hewan yang dicampakkan oleh orang-orang kafir kepada Nabi, dan
ia juga yang membersihkan darah yang mengalir dari wajah ayahnya ketika terluka
dalam perang Uhud yang juga menewaskan paman Nabi, Hamzah Bin Abdul Muthalib
ditangan Wahsyi dan Hindun.
Selain daripada itu, Muhammad juga mengambil seorang anak
angkat laki-laki bernama Zaid Bin Haritsah, seorang anak dari Bani Al-Kalby
yang dijual oleh sekawanan perampok kepasar Ukazd dan dibeli oleh Khadijjah
untuk menjadi hamba sahayanya namun dibebaskan oleh Muhammad dan diangkat
sebagai seorang anak.
Sementara itu, sejak menginjak usia 36 hingga 40 tahun,
Muhammad lebih banyak mengasingkan dirinya jauh dari keramaian dan hiruk pikuk
manusia yang menyembah berhala dikota Mekkah.
Sebagaimana yang diketahui sejak awal, dari kecil Muhammad
tidak pernah mengikuti tata cara peribadahan masyarakat disekitarnya yang
menyembah berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.
Dalam pengasingan dirinya itu, Muhammad memilih gua Hira
untuk tempatnya Tahannuts, mendekatkan dirinya kepada Tuhan dengan mengikuti
Risalah Ibrahim dan Ismail, nenek moyangnya dahulu kala.
Gua Hira terletak pada bagian atas suatu gunung yang
sekarang bernama Jabal Nur (Gunung Cahaya), Gua tersebut berjarak 2 farsach
atau 6 mil disebelah utara Mekkah dan untuk mendakinya saat ini secara terus
menerus memakan waktu lebih kurang 40 menit lamanya dan jarak antara puncak
Jabal Nur dengan Gua Hira sekitar 20 meter. Ketinggian total Jabar Nur sendiri
lebih kurang 200 meter dari bawah.
Tahannuts yang dilakukan oleh Muhammad ini tidaklah
mencontoh ibadah umat Nashara dengan mengasingkan diri secara total dari
kehidupan masyarakat ramai dan menjauhi Sunnatullah, seperti beristri, berketurunan
dan lain sebagainya.
Ia pergi ke Gua Hira dan sering tinggal beberapa hari dan
beberapa malam disana baru pulang kembali ke Mekkah, berkumpul bersama
keluarganya.
Pada suatu malam tanggal 17 Ramadhan, bersamaan dengan 06
Agustus 610 Masehi 203 tahun 41 dari kelahirannya atau ketika usia manusia yang
mulia yang digelari orang sebagai Al-Amin itu mencapai 40 tahun 6 bulan 8 hari
(tahun Qamariyah/Bulan) atau berusia 39 tahun 3 bulan 8 hari (tahun
Syamsiah/Matahari), turunlah Malaikat Jibril kepadanya untuk menyampaikan wahyu
yang telah ditetapkan oleh Tuhan, dan menyatakan Kalimah Allah bahwa pada malam
itu juga beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah, menjadi penerus risalah
para Nabi sebelumnya.
Wahyu yang pertama kali turun tersebut adalah Surah Al-Alaq
ayat 1-5 yang artinya sebagaimana berikut :
"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang telah menjadikan. Dia
telah menjadikan manusia dari segumpal darah ('alaq) Bacalah ! Karena Tuhanmu
Yang Maha Mulia ! Yang mengajar dengan Qalam (ilmu pengetahuan) Mengajar
manusia apa yang tiada ia ketahui."
Demikianlah wahyu yang pertama kali diturunkan, mengandung
isyarat kepada manusia untuk mempelajari asal usul kejadiannya agar mereka
insyaf terhadap dirinya. Juga menyuruh manusia untuk dapat belajar membaca dan
menulis serta menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan
lainnya.
Malam permulaan turunnya Al-Qur'an tersebut dikenal dengan
malam 'Lailatul Qadar', yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan dan
kesejahteraan sebagaimana yang difirmankan Allah
"Sungguh, Kami telah menurunkannya pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu
lebih utama daripada seribu bulan ! Turun malaikat dan Ruh kepadanya dengan
izin Tuhannya dengan segala urusan. Sejahtera ia ! Sampai terbit fajar."
(QS. 97:1-5)
Secara berangsur-angsur wahyu turun kepada Rasulullah
Muhammad Saw selama 20 tahun 2 bulan 22 hari dalam 23 tahun periode keNabiannya
dengan menghitung 3 tahun lamanya Rasul tidak mendapatkan wahyu semenjak ia
dapatkan pertama kalinya di Gua Hira.
Wahyu terakhir dari Allah yang ia terima adalah pada tanggal
09 Dzulhijjah, 07 Maret 632 Masehi, saat Nabi sedang berwukuf dipadang 'Arafah
bersama-sama kaum Muslimin melaksanakan Haji Wada' (Haji perpisahan) yaitu
Surah Al-Maidah ayat 3
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Aku telah ridhai Islam sebagai
agamamu."
(QS. 53)
Sang Paraclete yang agung, Nabi Al-Muntazhar atau Nabi yang
ditunggu-tunggu oleh semua umat manusia itu telah tiba, beliaulah sosok
Comforter dan sosok Spirit of Truth sebagaimana yang disinggung oleh St. John
1613 yang akan memandu manusia kepada semua kebenaran, sebab dia tidak akan
berbicara atas kehendak hawa nafsunya sendiri, melainkan berdasarkan wahyu yang
dia dengar dari Tuhannya, itulah yang akan disampaikannya.
Janji Tuhan kepada Nabi besar Ibrahim pada Genesis 2118 dan
1720 yang menyatakan akan menjadikan keturunan Ismail sebagai suatu bangsa yang
besar telah terpenuhi yang diawali dengan kelahiran dan pengutusan Rasulullah
Muhammad Saw Al-Amin yang ajarannya kelak akan menghantarkan Bangsa Arab
sebagai suatu bangsa yang besar sebagai pusat penyebaran Islam.
"And as for Ishmael, I have heard thee Behold, I have
blessed him and will make him fruitful, and will multiply him exceedingly;
twelve princes shall he begot, and I will make him a great Nation."
(Genesis 17:20)
"Arise, lift up the lad, and hold him in thine hand;
for I will make him a great Nation." (Genesis 21:18)
Juga janji Nabi Musa yang terdapat dalam kitab
Tauratnya
"The Lord reigneth; let the earth rejoice, let the
multitude of isles be glad thereof, clouds and darkaness are round about him
Righteousness and judgment are the habitation of his throne. A fire goeth
before him and burned up his enemies round about. His lightnings enlightened
the world The earth saw, and trembled. The hills melted like wax at the
presence of the Lord, at the presence of the Lord of the whole earth. The
heavens declare his righteousness and all the people see his glory." (Psalm
9:71-6)
Mengenai istilah Lord yang berarti penguasa atau yang kuasa,
terbagi atas dua pengertian. Pertama Lord dipakai untuk Allah yang berkuasa
pada alam semesta selaku pencipta, Kedua Lord dipakai untuk menunjukkan Nabi
yang berkuasa dibumi ini dalam menjalankan tugas yang diperintahkan Allah
kepadanya dan sekaligus selaku Khalifah dibumi.
Contoh dari penggunaan double Lord ini bisa dilihat pada
Psalm 1:101
"The Lord said unto my lord, Sit thou at my right hand,
untill I make thine enemies thy footstool."
Begitulah akhirnya, dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah
terhadap kaumnya dan semua manusia diluar itu, mendapatkan tantangan yang
sangat berat sekali.
Pada tahun 616 hingga 617 M telah terjadi pemboikotan
terhadap Nabi Muhammad dan kaum Muslimin semuanya termasuk keluarga Bani Hasyim
dan Bani Muthalib. Segala perhubungan putus sama sekali, dan pihak Quraisy
mengancam keras terhadap siapa -siapa yang berani melakukan hubungan dengan
mereka.
Akibat pemboikotan itu, Nabi dan kaum Muslimin beserta
keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib, yaitu dua keluarga yang masih ada
hubungan darah dengan Rasulullah dan selama ini menjadi pembela Nabi, terpaksa
menyingkir, mencari perlindungan di Syi'ib, suatu tempat perbukitan diluar
kota.
Pada bulan Desember 619 M, tidak lama setelah pemboikotan
dihapuskan, istri Rasulullah Saw yang terkasih, Siti Khadijjah meninggal dunia,
kembali kerahmatullah dalam keadaan beriman.
Khadijjah, merupakan orang yang paling dekat dengan Nabi,
karena tidak saja ia sebagai seorang istri, tetapi pendamping setia Rasulullah
dalam suka dan duka.
Masa mudanya ia habiskan dalam membina karir perdagangannya.
Namun kemudian ia mempersembahkan semua yang dimilikinya
untuk perjuangan suaminya -menegakkan ajaran Islam.
Selama bertahun-tahun Khadijjah mendampingi Muhammad Saw,
membina keluarga yang penuh ketentraman dan kebahagiaan. Ketika Rasulullah Saw
mendapat tugas yang berat -mengemban risalah Ilahiah- Khadijjah meneguhkan
hatinya dan menambah kepercayaan dirinya.
Ketika Nabi didustakan kaumnya, Khadijjah meyakininya dengan
tulus.
Khadijjah adalah orang yang pertama percaya akan kenabian
Muhammad sekaligus wanita pertama yang memeluk Islam. Ketika masyarakatnya
menyembah berhala, dibelakang Penghulu para Nabi, dia bersujud menyembah Allah
Yang Maha Esa.
Pada waktu orang-orang Quraisy mengucilkan keluarga
Rasulullah dipadang yang gersang, Khadijjah meninggalkan rumahnya yang megah.
Dia tidur dalam kemah yang sederhana.
Setiap hari dia bekerja keras membagikan makanan yang
sedikit kepada para pengikut Rasulullah Saw, tidak jarang dia dan suaminya
tidak kebagian makanan. Lebih jauh lagi, Khadijjah adalah ibu dari anak-anaknya
yang penuh kasih dan sayang.
Hanya selang beberapa minggu dari kematian Khadijjah, Abu
Thalib, paman Nabi yang selama ini melindunginya dari keganasan dan gangguan
kaum kafir Quraisy, meninggal dunia, yaitu pada bulan Januari 620 M.
Abu Thalib, adalah paman sekaligus juga berfungsi sebagai
ayah bagi Rasul semenjak kedua orang tua dan kakeknya tiada sewaktu ia masih
kecil, dan kini pamannya itu telah pula menyusul istrinya, Khadijjah, kembali
keharibaan Tuhan yang menciptakannya.
Dia adalah perisai Rasulullah, sehingga meskipun begitu
hebat ancaman dan gangguan yang dilakukan terhadap Nabi, namun selama Abu
Thalib masih hidup, mereka tidak berani melakukan gangguan-gangguan phisik
terhadap Rasulullah.
Semenjak kematian kedua orang inilah, perlawanan kaum kafir
Quraisy semakin menghebat dan menggila kepada diri Nabi Muhammad dan
umatnya.
Meskipun siksaan dan hinaan ditimpakan pada diri Nabi yang
agung ini oleh kaum kafir Quraisy yang sesekali juga bekerja sama dengan umat
Yahudi, tidaklah menjadikan surutnya perjuangan dakwah Rasulullah Muhammad Saw
didalam mengumandangkan seruan Tauhid kepada Ilahi.
Semakin hari pengikutnya semakin bertambah.
Tercatatlah sejumlah nama-nama besar pengikut Rasulullah
Al-Amin ini.
Ali Bin Abu Thalib, putera pamannya sendiri, Abu Thalib.,
disusul dengan Zaid Bin Haritsah, anak angkat beliau, Abdullah Bin Abu Kuhafa
dari Bani Taim Ibni Murra yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama Abu Bakar,
berusia 2 tahun lebih muda dari Nabi Muhammad dan kelak akan menggantikan
kedudukan sang Nabi sebagai pemimpin umat, menjadi Khalifah Islam
pertama.
Sejumlah orang terkemuka lainnya mengikuti jejak Abu Bakar
dan sahabat yang lainnya, diantaranya adalah Usman Bin Affan dari Bani Umayyah
yang kelak kemudian hari menjadi Khalifah Islam ketiga menggantikan Umar Bin
Khatab, Salman Al-Farisi, Abdurrahman Bin 'Auf, Hamzah Bin Abdul Muthalib,
paman dan saudara sesusuan Rasulullah sejak kecil, bergelar Singa Gurun Pasir,
merupakan satu dari dua orang yang sangat ditakuti dan disegani setelah Umar
Bin Khatab, baik dalam kalangan Muslimin maupun kaum kafir Quraisy, dia
berhasil membunuh Abu Jahal dalam perang Badar.
Sa'ad Bin Abi Wakkas yang pada masanya menjadi penakluk
Parsi, Umar Bin Khatab dari Bani 'Adi Ibn-Ka'ab yang pada waktu kekhalifahannya
itulah Islam terus menyebar ke Suriah dan Palestina yang kala itu menjadi
bagian kekaisaran Byzantium, terus ke Turki, Mesir, Iraq, Iran hingga Persia
dan menyebrang ke Afrika Utara.
Sejarah mencatat bahwa dakwah Islam sudah mencapai kenegri
Tiongkok ketika Nabi Muhammad Saw sendiri masih hidup (627 M). Adapun yang
melakukan penyebaran Islam dinegri tersebut adalah sahabat Nabi yang bernama
Abu Kasbah, sekaligus mendirikan masjid pertama di Kanton.
Pada tahun 632 M, Abu Kasbah kembali kenegrinya untuk
melaporkan keadaan dinegri Tiongkok kepada Nabi Saw, tetapi kedatangannya ke
Madinah ternyata terlambat sebulan dari saat wafatnya Nabi, selanjutnya Abu
Kasbah kembali ke Tiongkok dan meninggal disana.
Kaisar Kao Tsung pernah mengirimkan perutusan ke Madinah
karena mengagumi atas munculnya 'kerajaan baru' dan mempunyai pedoman agama
yang kuat. Misi persahabatan ini dibalas oleh Khalifah Usman Bin Affan (634-644
M) dengan mengirimkan misi persahabatan pula ke Tiongkok.
Perkembangan Islam yang luar biasa dan berpengaruh terus
dicatat hingga pada jaman Bani Umayyah (Mu'awiyah I, 565-661) bersambung masa
pemerintahan Khalifah Yazid (661-681) dan Mu'awiyah II (681-683), Islam
bergerak maju kesegala penjuru dunia, ke Utara, ke Timur dan ke Barat (Spanyol
711 M) sampai pada pemerintahan Khalifah Sulaiman (715 M).
Tanggal 16 Juli 622 M adalah permulaan perhitungan dan
penanggalan baru, bertepatan dengan awal bulan Muharram tahun pertama Hijrah
Nabi Muhammad Saw dari kota Mekkah kekota Madinah yang waktu itu masih bernama
Yatsrib.
Hijrah itu sendiri terjadi untuk menghindari penyiksaan demi
penyiksaan dan pembunuhan demi pembunuhan yang dilakukan oleh kaum kafir
Quraisy terhadap para pengikut Rasulullah.
Allah berfirman dalam AlQur'an
"Sungguh Aku tidak akan menyia-nyiakan amalan dari
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, sebagian kamu adalah turunan dari
sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung-kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan
yang terbunuh, akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan akan Aku
masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir padanya sungai-sungai. Sebagai
ganjaran dari Allah, karena Allah itu pada sisi-Nya ada ganjaran yang
baik". (QS. 3195)
Nabi Muhammad Saw sendiri tetap bertahan dikota Mekkah
hingga semua sahabat dan pengikutnya tidak ada lagi yang tertinggal
disana.
Hingga pada malam dimana Nabi sudah bersiap untuk hijrah,
rumah beliau dikepung oleh penduduk Mekkah yang bermaksud untuk membunuhnya.
Pertolongan Allah datang, manakala Nabi Muhammad keluar dari rumahnya bersama
Abu Bakar, kaum kafir Quraisy itu ditidurkan semuanya, sehingga mereka tidak
mengetahui bahwa Nabi telah lolos dari incaran mereka.
Selanjutnya dalam perjalanannya itupun, Nabi Muhammad
kembali nyaris tertangkap oleh pihak kafir Quraisy suruhan Abu Jahal seandainya
saja Allah tidak melindunginya dengan memerintahkan Rasul bersembunyi diGua
Tsur.
Perlindungan Allah datang dengan burung merpati yang tengah
mengerami telur disangkarnya.
Serta adanya Laba-laba yang membangun rumahnya
ditengah-tengah pintu masuk Gua, sehingga menimbulkan kesan bagi orang
diluarnya bahwa gua tersebut tidak ada yang pernah memasukinya.
Tsur adalah sebuah bukit biasa saja yang lebih tinggi dari
bukit-bukit didaerah perbukitan sekeliling Mekkah. Bukit ini berada lebih
kurang 6 Km arah selatan Masjidil Haraam. Dibagian lerengnya terdapat beberapa
buah gua, dan pada bagian yang mendekati puncak terdapatlah Gua dimana
Rasulullah bersama sahabatnya Abu Bakar berlindung. Untuk mencapai Gua Tsur
tersebut, orang harus mendaki lebih kurang 1,5 jam.
Perjalanan Nabi Muhammad menuju kekota Madinah (Yatsrib),
memakan waktu selama delapan hari, dan kedatangan beliau disebuah kota kecil,
Quba, sekitar 9 mil dari Yatsrib, disambut oleh Kaum Muslimin Anshar dengan
penuh gembira dan keharuan.
Di Quba itu Rasulullah berhenti dan beristirahat ditempat
Bani Amr Bin Auf selama tiga hari, dan dalam pada itu, setelah sehari tiba di Quba,
Ali Bin Abu Thalib menyusul tiba pula.
Selama berada Quba itu, Rasulullah dan para sahabatnya
sempat mendirikan sebuah masjid yang pertama dalam sejarah Islam yang dikenal
dengan nama Masjid Quba, yang sampai pada hari ini masjid tersebut tetap berdiri
dengan megahnya setelah mengalami beberapa kali perluasan dan renovasi.
Dari Quba, Rasulullah melanjutkan perjalanannya ke Yatsrib.
Ketika sebelum sampai di Yatsrib, tiba hari Jum'at dan
matahari sudah miring kebarat, Nabi Muhammad sampai dikediaman Bani Salim Bin
'Auf, yaitu suatu lembah yang bernama Wadi Ranwana', disitulah Nabi
melaksanakan shalat Jum'at serta khutbah pertamanya.
Rasulullah Saw akhirnya tiba dikota Yatsrib atau Madinah
sekarang ini, bersama sahabatnya Abu Bakar r.a, Ali Bin Abu Thalib, Suraqah Bin
Malik Bin Ya'syim serta pemandu jalan, Amir Bin Fuhairah dan beberapa kaum
muslimin lainnya pada bulan Rabi'ul awal, harinya berkisar antara tanggal 2
hingga tanggal 16, bertepatan dengan bulan September 622 M.
Dengan demikian maka tahun 622 M yakni tahun terjadinya
hijrah dihitung sebagai tahun pertama, dengan penyesuaian bulan dan tanggal
menurut perhitungan tahun hilaliyah Arab. Sehingga akhirnya ditetapkanlah hari
pertama bulan Muharram menjadi awal tahun hijriyah menggantikan hari dan tanggal
tibanya Nabi di Madinah.
Di Madinah ini, Rasulullah mendirikan masjid Nabawi, dan
membangun rumahnya berdekatan dengan masjid tersebut. Rasulullah sendiri
langsung memimpin pembangunan masjid itu bersama kaum Anshar dan
Muhajirin.
Kaum Muslimin Anshar, adalah sebutan untuk kaum Muslimin
yang ada dikota Yatsrib/Madinah, sedangkan Kaum Muslimin Muhajirin adalah
sebutan untuk kaum Muslimin yang melakukan hijrah dari Mekkah ke Yatsrib.
Seringkali orang-orang menamakan Negara Islam yang pertama
kali berdiri dahulu itu dengan nama Negara Madinah karena berada dikota
Madinah. Tetapi nama ini sering menimbulkan salah pengertian, dimana Negara
Madinah disamakan dengan City State (Negara Kota) seperti Athena dan Sparta
dijaman purba.
Sebenarnya, negara hijrah, mempunyai kaitan yang luas dengan
Madinah.
Negara Hijrah itu adalah berdasarkan suatu ideologi
internasional yang bisa saja didirikan ditempat manapun yang telah menganut
ideologi yang diajarkan Islam.
Hal ini sudah terbuki pada waktu pemerintahan Khalifah Ali
Bin Abu Thalib, pusat pemerintahan dipindahkan ke Iraq.
Di Madinah, tidak terdapati hal-hal yang sebagaimana terjadi
pada peristiwa imigrasi orang-orang Eropa kebenua Amerika atau ke Australia
atau ke Afrika Selatan. Kaum Muhajirin disana tidak pernah berkeinginan untuk
menghabisi atau mengusir penduduk asli Madinah, tidak pernah mengadakan
penjajahan atau pembedaan terhadap para pendatang.
Negara Hijrah adalah Negara Aqidah Islamiyah dimana penduduk
asli kota Madinah dan orang-orang Muhajirin yang bermukim disana berada pada
posisi kemanusiaan dan kedudukan hukum yang sama. Suatu Aqidah atau ideologi
bersifat terbuka bagi semua orang, karena kemanusiaannya semata, tanpa
memandang dari negri mana dan suku apapun dianya. Negara Hijrah adalah negara
terbuka bagi setiap orang dan setiap kelompok. Dia tidak menutup diri seperti
negara-negara agama lainnya sepanjang sejarah.
"Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, dia
seorang raksasa sejarah. Dia berjuang meningkatkan tahap rohaniah dan moral suatu
bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas dan kegersangan gurun. Dia
berhasil lebih sempurna dari pembaharu manapun; belum pernah ada orang yang
begitu berhasil mewujudkan mimpi -mimpinya seperti dia," tulis Will Durant
dalam the Story of Civilization terhadap diri Nabi Muhammad Saw.
"Dia datang seperti sepercik sinar dari langit, jatuh
kepadang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi mesiu
yang membakar angkasa sejak Delhi ke Granada." Tambah Thomas Carlyle dalam
On Heroes and Hero Worship.
Dengan sejumlah informasi yang mereka miliki, Durant dan
Carlyle berusaha melukiskan kebesaran Rasulullah Saw. Mereka tidak pernah
berjumpa dengan Nabi yang mulia. Mereka tidak pernah melihat wajah atau
mendengar suaranya. Mereka bahkan tidak beriman kepada apa yang dibawa oleh
Nabi Saw. Mereka hanya menyaksikan lewat lembaran-lembaran sejarah yang mereka
teliti.
Muhammad Saw, sebagaimana Nabi-nabi Allah yang lain, datang
bukan hanya sekedar mengajarkan shalat dan doa. Dia adalah tokoh revolusioner
yang memimpin kelompok tertindas melawan kezaliman sistem yang berlaku. Dia
tampil membimbing kaum Mustadh'afin untuk mengubah nasibnya dan menentang kaum
Mustakbirin supaya menghentikan keserakahannya. Karena itu, dia didukung rakyat
kecil dan dibenci kebanyakan penguasa.
Rasulullah mengatur tata tertib kehidupan setiap umat Islam
dengan cermat.
Beliau melahirkan beberapa pengajaran penting dalam
kehidupan bermasyarakat.
Seorang penulis biographi Nabi yang cukup dikenal, yaitu
Muhammad Ahmad Djadil Maula Beik dalam bukunya "Muhammad Al Matsalul
Kamil" (Muhammad teladan sempurna) mengemukakan tiga macam kerja raksasa
yang dibawanya.
Kerja raksasa itu telah dapat direalisir Nabi selama masa
kerasulannya yang berlangsung selama 23 tahun, yaitu 13 tahun dikota Mekkah dan
10 tahun dikota Madinah. Ialah
1. Innahu Kawwana Ummatan; Membentuk suatu ummat
2. Wassasa daulatan; Mendirikan suatu negara
3. Waaqoma dinan; Menegakkan suatu agama
Sebagai karya raksasa pertama, Nabi Muhammad telah berhasil
membangun suatu umat yang besar. Umat yang merekam sejarah ke-emasan dalam
peradaban manusia. Yang dibangun serta dibentuknya dari suatu bangsa yang
lemah, bobrok dalam segala bidang, bangsa yang terpecah belah dalam kesukuan
dan kabilah, satu sama lainnya bermusuhan, bangsa berjiwa kasar dan berwatak
buas jauh dari nilai-nilai akhlak dan budaya, yaitu bangsa Arab Jahiliyah yang
sangat terbelakang baik material maupun spiritual. Suatu bangsa yang tidak
pernah dikenal sebelumnya sama sekali dalam catatan sejarah dunia.
Bangsa seperti bangsa Arab yang sedemikian rupa keadaannya,
dalam tempo relatif singkat, hanya kurang dari seperempat abad telah berubah
keadaannya sama sekali.
Dari suatu bangsa yang tidak masuk "bilangan" atau
perhitungan, berubah menjadi suatu bangsa yang disegani, dihormati bahkan
ditakuti. Bukan karena kekejaman dan keganasannya melainkan karena keluhuran
dan kebesaran jiwanya, karena kecemerlangan peradaban dan kebudayaannya.
Sebagai perwujudan janji Tuhan kepada Ibrahim atas keturunan Ismail kelak
ratusan tahun dari masanya.
Berkat perjuangan Muhammad Rasulullah Saw Al-Amin, bangsa
yang semula terasing di Sahara sekarang menentukan sejarah umat manusia.
Orang-orang Arab yang miskin kini menjadi penguasa dunia meskipun keadaan diri
Rasul yang agung itu sendiri bertolak belakang dengan kejayaan yang dicapainya,
dia berada dalam keadaan yang serba kekurangan dan sederhana hingga hari
wafatnya, beliau hanya meninggalkan kitabullah dan keluarganya.
Ini adalah tujuan terakhir bagi manusia; untuk menjadi tuan
rumah didalam semesta dan menyaksikan ketentraman jiwanya bersama Tuhannya,
yang tidak hanya Tuhannya merasa senang, tetapi diapun merasa senang bersama
Tuhannya.
Kesenangan yang sempurna. Kepuasan yang sempurna. Kedamaian
yang sempurna.
Kasih sayang Tuhan adalah makanannya dipentas dunia ini dan
dia minum dari air mancur kehidupan. Duka cita dan kekecewaan tidak meliputinya
dan keberhasilan tidak menjadikan dia sombong dan merasa mulia.
Jika keagungan tujuan, kesempitan sarana dan hasil yang
menakjubkan, adalah tiga kriteria kejeniusan manusia, siapa yang berani
membandingkan manusia yang memiliki kebesaran didalam sejarah modern dengan
Muhammad ?
Orang-orang paling terkenal menciptakan tentara, hukum dan
kekaisaran semata.
Mereka mendirikan apa saja, tidak lebih dari kekuatan
material yang acapkali hancur didepan mata mereka sendiri.
Nabi Muhammad Saw, Rasul Allah yang agung, penutup semua
Nabi, tidak hanya menggerakkan bala tentara, rakyat dan dinasti, mengubah
perundang-undangan, kekaisaran. Tetapi juga menggerakkan jutaan orang bahkan
lebih dari itu, dia memindahkan altar-altar, agama-agama, ide-ide,
keyakinan-keyakinan dan jiwa -jiwa.
Berdasarkan sebuah kitab, yang setiap ayatnya menjadi hukum,
dia menciptakan kebangsaan beragama yang membaurkan bangsa-bangsa dari setiap
jenis bahasa dan setiap ras.
Dalam diri Muhammad, dunia telah menyaksikan fenomena yang
paling jarang diatas bumi ini, seorang yang miskin, berjuang tanpa fasilitas,
tidak goyah oleh kerasnya ulah para pendosa.
Dia bukan seorang yang jahat, dia keturunan baik-baik,
keluarganya merupakan keluarga yang terhormat dalam pandangan penduduk Mekkah
kala itu. Namun dia meninggalkan semua kehormatan tersebut dan lebih memilih
untuk berjuang, mengalami sakit dan derita, panasnya matahari dan dinginnya
malam hari ditengah gurun pasir hanya untuk menghambakan dirinya demi Tuhannya.
Dia lebih baik dari apa yang semestinya terjadi pada seseorang seperti dia.
Mereka, para sahabatnya, orang-orang Arab, yang terlahir
bergumul dengannya selama 23 tahun, begitu menghormatinya.
Padahal mereka itu adalah orang-orang liar, mudah meledak
dan cepat terseret kedalam pertikaian yang sengit. Tanpa semua ketulusan hati,
keberanian yang dahsyat, kebenaran nilai dan kedewasaan, tak ada orang yang
dapat memerintah mereka.
Tetapi mereka mau memanggil Muhammad sebagai Nabi, sebagai
pimpinan, sebagai seorang bapak dan sebagai manusia yang harus mereka hormati
dan mereka patuhi.
Disana Muhammad berdiri bertatap muka dengan mereka, nyata
tidak tersembunyi dalam suatu misteri, ia menjahit jubah panjangnya dan
memperbaiki sepatunya sendiri. Bertempur, menasehati, memerintah
ditengah-tengah mereka, mereka tentu menyaksikan seorang macam apakah Muhammad
itu sebenarnya.
Orang dapat memanggil dirinya dengan panggilan apa saja,
tidak ada kaisar dengan mahkotanya yang dipatuhi secara ikhlas seperti
laki-laki ini, dalam jubah panjangnya yang dijahit sendiri.
Setelah kota Mekkah jatuh, lebih dari satu juta mil persegi
tanah terletak dibawah telapak kakinya. Penguasa Jazirah Arabia ini tetap saja
menjahit sendiri sepatunya dan pakaian dari bahan yang kasar, memerah susu
kambing, meniup tungku menyalakan api dan mengunjungi keluarga-keluarga miskin.
Seluruh kota Madinah dimana beliau tinggal, berkembang dengan amat pesat dimasa
hidupnya. Dimana-mana ada emas dan perak dengan cukup, namun dihari-hari
kemakmuran tersebut, berminggu-minggu berlalu tanpa api menyala ditungku raja
Arabia ini.
Makanannya kurma dan air putih.
Keluarganya kelaparan beberapa malam berturut-turut karena
mereka tidak mendapatkan sesuatu untuk dimakan dimalam hari. Beliau tidak tidur
diatas tempat tidur yang empuk tetapi diatas tikar setelah hari-hari sibuknya
yang panjang, menghabiskan sebagian besar malamnya dengan sembahyang, tak
jarang hingga mencucurkan air mata sebelum sang Pencipta mengabulkan permohonan
beliau akan kekuatan untuk menunaikan tugas-tugasnya sebagai seorang
Rasul.
Haji Wada' adalah haji perpisahan.
artinya Haji terakhir kalinya Nabi Saw Bersama umat
mengerjakan ibadah Haji bersama. Ketika haji Wada' wukufnya tepat hari Jum'at
Dan saat itu pula wahyu terakhir turun (QS. 5:3)
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Aku telah ridhai Islam sebagai
agamamu."
(QS. 5:3)
Rasulullah berangkat meninggalkan Madinah dengan serombongan
besar kaum Muslimin pada tanggal 25 Dzulka'idah (23 Pebruari 632) menuju ke
Mekkah Almukarromah. Dengan kata-kata yang akan tetap hidup dalam hati sekalian
orang Muslim.
"Wahai manusia ! Dengarkanlah kata-kataku ini, mungkin
sesudah tahun ini, aku tidak berkumpul bersama kamu lagi ditempat ini.
Nyawamu dan harta bendamu adalah suci bagi kamu hingga kamu
menghadap kepada Tuhan, sebagaimana hari ini dan bulan ini adalah suci buat
kamu sekalian.
Kamu berhak atas istri-istrimu dan istri-istrimu berhak atas
kamu. Perlakukanlah istri-istrimu dengan lemah lembut dan kasih sayang,
Sesungguhnya kamu telah mengambil mereka atas jaminan Tuhan dan mereka menjadi
halal bagi kamu karena kalimatullah.
Mereka adalah pendamping alias teman hidupmu, karena itu
berilah kepadanya petunjuk-petunjuk. Mereka tidak memiliki apa-apa pada
dirinya. Bertanggung jawablah kamu kepada Allah tentang istri. Karena itu
berilah mereka pelajaran yang baik.
Dan hamba sahayamu ! Jagalah supaya mereka makan makanan
yang kamu makan dan berilah mereka pakaian yang kamu pakai; dan jika mereka
melakukan kesalahan yang kamu tidak mudah mengampuninya, maka berpisahlah
dengan mereka, karena mereka adalah hamba-hamba Tuhan dan tidak boleh
diperlakukan dengan kasar.
Wahai manusia ! Sesungguhnya Tuhan kamu satu dan orang tuamu
juga satu.
kamu semua dari Adam dan Adampun dari tanah. sebenarnya yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa.
Tidak ada kelebihan golongan Arab atas golongan yang bukan Arab, kecuali
tentang takwa.
Wahai Manusia ! Dengarkanlah kata-kataku dan pahamilah, umat
Islam itu bersaudara, maka tidak halal baginya kecuali sesuatu yang memang
diberikan sesuai kata hati saudaranya, karena itu janganlah menipu diri
sendiri.
Jagalah dirimu, dan janganlah kamu kembali kafir sesudah aku
tiada.
hendaklah yang hadir hari ini menyampaikan kepada mereka
yang tidak hadir, mungkin orang yang diberi tahu lebih ingat dari 0rang yang
mendengarNya."
Pada akhir khutbah itu, Rasulullah terharu melihat
kegembiraan yang sangat dari umatnya yang memperhatikan setiap katanya. Dan ia
pun berseru "Ya Allah, aku telah menyampaikan amanatku dan menunaikan
kewajibanku." Orang banyak yang berkumpul berseru serentak "Ya,
memang demikianlah adanya." Disambung oleh Rasulullah "Ya Allah,
saksikanlah ini !"
Setelah mengucapkan salam, Rasulullah mengakhiri khutbahnya
yang berintikan hak -hak asasi manusia, beliau pun beristirahat. Kemudian
bangkit untuk mengerjakan Sholat dzuhur dan Ashar dengan jama'. Sore harinya
beliau meninggalkan Arafah menuju Mudzdalifah dan bermalam disana. Pagi
harinya, ba'da subuh, beliau ke Masjidil Haraam terus ke Mina untuk melontarkan
Jumroh. Dan setelah usai mengerjakan ibadah hajinya, Beliau kembali dengan
pengikut-pengikutnya kekota Madinah.
Tahun terakhir dari hidup Nabi Muhammad Saw dihabiskannya
dikota itu.
diaturnya organisasi propinsi-propinsi Dan masyarakat
kabilah yang telah memeluk agama Islam dan menjadi bagian dari Persekutuan
Islam.
Hari-hari terakhirnya begitu menarik hati, karena ketenangan
dan kejernihan pikirannya yang memungkinkan ia, meskipun badannya lemah tidak
bertenaga, memimpin sholat berjemaah sampai tiga hari sebelum wafatnya.
Terakhir kali beliau muncul dalam masjid dipapah oleh dua
orang keponakannya, Ali dan Fazal, putra pamannya Abbas Bin Abdul Muthalib.
Wajahnya pucat dan dahinya dibalut kain. Perlahan-lahan beliau berjalan menuju
mimbar.
Beberapa orang sahabat sudah mulai terisak.
sebagian besar berusaha menahan air mata mereka.
Suatu senyuman yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata,
bermain diwajahnya dan nampak oleh semua yang hadir mengelilinginya. Sesudah
berdoa dan memuji Tuhan seperti biasa, Rasulullah berkhutbah kepada orang
banyak yang kesemua isinya tidaklah dapat kita uraikan disini karena
keterbatasan tempat dan panjangnya isi khutbah beliau Saw itu, inilah sekedar
beberapa diantaranya
"Wahai manusia, bagaimana mungkin kalian menolak
kematian Nabimu. Seandainya ada orang yang sebelumku yang hidup kekal, aku akan
hidup kekal bersama kalian. Ketahuilah, Aku akan menemui Tuhanku.
Sudah tua usiaku, sudah rapuh tulangku, sudah lemah tubuhku,
sudah siap diriku, sudah besar kerinduanku untuk menemui Tuhanku. Aku kira,
inilah hari terakhir antara aku dan kalian. Selama aku hidup, kalian
menyaksikanku. Sesudah aku tiada, Allah akan menjadi khalifahku bagi setiap
mukmin, laki-laki dan perempuan.
Wahai sahabat-sahabatku, menurut kalian, Nabi macam apakah
aku ini ?
bukankah aku berjuang bersama kalian, bukankah pernah sobek
bahuku, bukankah dahiku pernah Berdebu, bukankah darah pernah mengalir
diwajahku dan membasahi janggutku, bukankah telah kutanggung duka dan derita
Menghadapi kaumku yang bodoh, bukankah pernah kuikatkan batu diperutku untuk
menahan rasa lapar ?"
Para sahabat serentak berkata, "Benar, wahai
Rasulullah. Engkau sudah memikul semuanya dengan tabah, engkau telah menolak
kemungkaran sehingga engkau menghadapi cobaan-cobaan karena Allah. Semoga Allah
membalas kebaikan engkau dengan pahala yang paling utama."
"Semoga Allah juga memberikan pahala kepada kalian
!" kata Rasulullah Saw.
selanjutnya beliau berkata, "Sesungguhnya Allah Azza Wa
jalla telah menetapkan bahwa tidak boleh orang datang kepada-Nya dengan meMbawa
kezaliman. Demi Allah, siapakah dIantara kaliaN yang pernah disakiti Muhammad,
berdirIlah dan balaslah sekarang (lakukan QisHash), disinilah aku untuk
mempertanggung jawabkannya. qishash di Dunia lebih aku sukai dari pada Qishahs
dihari akhirat nanti dihadapan para malaikat dan para Nabi. Jika aku ada
berhutang sesuatu kepada salah Seorang, segala yang kebetulan aku miliki akan
kujadikan bayarannya."
Seorang laki-laki berdiri dari tengah-tengah hadirin.
Namanya Sauda Bin Qais.
dia berkata, "Semoga orang tuaku menjadi tebusanmu, Ya
Rasul Allah.
ketika engkau kembali dari Tha'if, aku menjemput anda.
engkau mengendarai unta anda, qushwa, dan pada tangan engkau
ada Tongkat kecil.
engkau mengangkat tongkat Itu ketika bermaksud untuk
menggerakkan unta engkau Tersebut.
tongkat itu mengenai perutKu. aku tidak tahu apakah engkau
melakukannya dengan sengaja atau tidak."
Menjawab Rasulullah
"Aku berlindung kepada Allah jika aku lakukan dengan
sengaja. Wahai Bilal, pergilah kerumah Fatimah dan Ambil tongkat kecilku
itu." Bilal keluar dari masjid Nabawi dan pergi menuju kerumah Fatimah,
putri bungsu Rasulullah dari perkawinannya dengan Khadijjah.
Setelah kembali dan menyerahkan tongkat tersebut kepada Nabi
Saw., Rasulullah Saw berseru "Mana Sauda ?"
"Ini saya, ya Rasul Allah," kata Sauda Bin Qais.
"Bukalah perut anda, ya Rasul allah !" Dan Nabi
yang mulia itupun menyingkapkan pakaiannya.
sauda Bin Qais serta merta memeluk Nabi dan memohon Izin
untuk mencium perut beliau, setelah Nabi mengizInkannya, ia Berkata, "Aku
berlindung kepada Allah dari api neraka dengan meletakkan mulutku pada tempat
Qishash diperut rasul."
Nabi Saw bertanya, "Ya Sauda Bin Qais, Akan engkau
lakukan Qishashmu itu atau engkau maafkan perbuatanku itu ?" "Aku
maafkan, ya Rasul Allah !" Jawab Saudah.
Rasulullah Kemudian berdoa dan memohon rahmat Allah bagi
mereka yang hadir dan bagi mereka yang telah gugur dalam penganiayaan oleh
musuh; dinasehatinya sekali lagi kaumnya untuk menunaikan kewajiban-kewajiban
agama dan hidup dalam damai dan kelapangan hati; diakhirinya khutbahnya itu
dengan mengutip ayat Qur'an
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang
yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan. Karena kesudahan itu
adalah bagi mereka yang berbakti."
(QS. 28:83)
Selanjutnya, Rasulullah Muhammad Saw tidak pernah lagi
tampil dalam sholat berjemaah dan menunjuk Abu Bakar untuk menjadi imam sholat.
Kepada Ali Bin Abu Thalib Rasulullah berwasiat untuk memandikan dan
mengafaninya bila ia telah kembali kerahmatullah.
Tidak lama setelah peristiwa itu, pada hari Senin, 12
Rabi'ul awal 11 hijriah, manusia mulia itu menghembuskan napasnya yang
terakhir, kembali kepada Tuhan yang telah mengutusnya, Tuhan yang telah
memuliakan hidupnya, menjadikannya sebagai penghulu semua Nabi yang hanya
namanya saja berhak disandingkan bersama -sama dengan nama Allah dalam kalimah
syahadah.
Nabi yang mulia, Paraclete yang dipenuhi oleh ruh suci itu,
telah tiada.
namun meski begitu, ajarannya, risalah Yang dibawanya akan
tetap Hidup selama -lamanya, bersemayam dihati setiap umat Muslimin, mukminin
dan mukminat, sebagaImana yang diwasiatkan oleh Jesus The Christ, Nabi Isa
Almasih putra maryam dalam Biblenya
St. John 1416
"And I will pray the father, and He shall give you
another comforter that he may abide with you forever."
"There is no compulsion in religion. The right
direction is henceforth distinct from error. And he who rejecteth false deities
and believeth in Allah hath grasped a firm handhold which will never break.
Allah is Hearer, Knower."
(QS. 2:256) Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada
Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat
yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.
2:256)
256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka
Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak
akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
257. Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan
mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah
selain dari Allah s.w.t.
Jenazah Nabi Muhammad Saw dikuburkan diMadinah.
dahulu, kuburan Nabi Muhammad saw berada diluar masjId dan mulai
masuk kedalam ruang masjid setelah MasjId Nabawi mengalami perluasan hingga
sekarang.
Didekat makam Nabi ini juga terdapat kuburan 2 sahabat utama
beliau, yaitu Abu Bakar Shiddiq dan Umar Bin Khatab yang masing-masingnya
menjabat khalifah pertama dan kedua setelah kepergian Rasul.
Ditempat lain, makam/pekuburan Baqi' tidak jauh dari Masjid
Nabawi, dapat dicapai dengan jalan kaki, lebih kurang 10 menit; letaknya
disebelah timur kota Madinah. Sahabat Rasulullah yang dikuburkan di Baqi'
mencapai lebih kurang 10.000 jenazah; diantaranya Usman Bin Mazh'un dan As'ad
Bin Zurarah.
Kuburan Khalifah ketiga, Ali Bin Abu Thalib, Sufyan Bin
Harits Bin Abu Thalib dan Abdullah Bin Ja'far terletak hanya sekitar 40 meter
dari pintu masuk pemakaman sebelah barat daya.
Dibagian selatannya terdapat kuburan Aqil Bin Abu Thalib,
dan sejauh lebih kurang 5 meter terdapat kuburan Ummul Mukminin; 'Aisyah Istri
Nabi Muhammad Saw, Saudah Binti Zam'ah, Hafshah binti Umar AlKhatab, Zainab
Binti Khuzaimah, Ummu Salamah Binti Umayyah, Juariah Binti AlHaritsz, Ummu
Habibah, Ramlah Binti Abi Sufyan, Shafiah Binti Huyaya Binti AlKhatab.
Sekitar 15 meter dari sana, disebelah barat terdapat pula
kuburan puteri Nabi Ummu Kalsum (wafat 9 H), Ruqayah, Zainab (wafat 8 H). Dan
25 meter darinya keselatan condong ketimur terdapat kuburan paman Nabi, Abbas
Bin Abdul Muthalib, Hasan Bin Ali Bin Abu Thalib (cucu Rasulullah), puteri
bungsu Rasul dari Khadijjah, Fatimahtuzzahra, Ali Bin Abu Thalib, putera
Rasulullah Saw, Ibrahim (wafat usia 22 bulan atau 16 bulan, sekitar 3 bulan
menjelang Nabi Muhammad wafat) dan Imam Malik Bin Anas (179 H).
Disana juga terdapat kuburan Abdurrahman Bin 'Auf, Saad Bin
Abi Waqas, As'ad Bin Zurarah, Hunain Bin Huzafah, Fatimah Bin As'ad (Ibu dari
Ali Bin Abu Thalib), dan sekitar jarak 135 meter dari sana terdapat kuburan
Usman Bin Affan (wafat 35 H atau 656 M).
Adapun kuburan Khadijjah Binti Khuwailid, istri pertama
Rasulullah Saw dan Maimunah Binti AlHarits, istri Rasulullah yang terakhir,
terdapat dikota Mekkah dimakam Ma'ala atau nama lainnya Ma'ulla.
Sejahtera untukmu ya Nabi Allah, Rahmah dan Berkah jugalah
untukmu
engkau telah Dengan susah Payah melepasKan umat manusia dari
belenggu kebodohan dan kejahilIyahan, penuh sakit dan derita engkau tanggung
demi Syiar Allah.
cinta kasihmu terhadap umat manusia, tidak akan pupus
diterjang masa.
ajaranmu, risalahmu akan tetap terjaga sampai kapanpun
tidak ada satupun yang dapat merobohkan api kebenaranmu
!
Adam mengenalnya dan memanjatkan doa melalui dirinya dan dia
mengambil perjanjian dari semua Nabi dengan dirinya sendiri. Dia mengambil
kesucian Adam, ratapan Nuh. Bagian dari ajarannya mengandung pengetahuan
tentang Idris. Termasuk dalam pengalaman-pengalaman ekstasenya adalah kesedihan
Ya'qub. Didalam misteri ekstasenya adalah ketabahan Ayub. Tersimpan dalam
dadanya tangisan Daud. Hanya sebagian dari kekayaan jiwanya telah melebihi
kekayaan Sulaiman. Dia menyatukan kedalam dirinya persahabatan Ibrahim dengan
Tuhan. Dia mencapai pembicaraan Musa, kawan berbicara Tuhan dan lebih
dimuliakan dibandingkan para raja yang paling tinggi. Dia melebihi para Nabi
lainnya bagaikan matahari melebihi bulan dan samudera melebihi setetes air.
